Kamis, 31 Januari 2013

Menginspirasi, Diinspirasi dan Terinspirasi oleh Kelas Inspirasi

Fajar Ciptandi akan menjadi relawan untuk kegiatan Kelas Inspirasi 2.  Kegiatan ini merupakan bagian dari Progran Indonesia Mengajar yang mengundang para profesional yang sukses karena pendidikan untuk turun tangan berbagi cerita dan pengalaman kerja selama sehari di Hari Inspirasi. Cerita tersebut akan menjadi bibit untuk para siswa bermimpi dan merangsang tumbuhnya cita-cita tanpa batas pada diri mereka. Tujuan dari Kelas Inspirasi ini ada dua, yaitu menjadi wahana bagi sekolah dan siswa untuk belajar dari para profesional, serta agar para profesional, khususnya kelas menengah secara lebih luas, dapat belajar mengenai kenyataan dan fakta mengenai kondisi pendidikan kita.

Diharapkan ke depan, terjalin relasi yang dapat terus menerus mereka pelihara baik untuk kepentingan jangka pendek membangun pendidikan di sekolah tersebut ataupun sekedar berjejaring dan berkomunikasi terus. Hal ini sebagai wujud jendela komunikasi antara profesional sebagai kelas menengah dan dunia pendidikan di SD negeri sebagai salah satu area yang perlu diadvokasi dan dikembangkan terus-menerus.

Kelas Inspirasi ini menjadi solusi bagi para profesional Indonesia yang ingin berkontribusi dengan mengajar di lingkungannya. Hal ini membuka pintu interaksi positif antara kaum profesional dengan SD-SD di Jakarta, khususnya SD Negeri. Partisipasi para profesional tersebut untuk mengambil cuti sehari dan berbagi pengalamannya bersama anak-anak SD, merupakan partisipasi berbasiskan individu, bukan institusi. Ini menunjukkan bahwa kepedulian dan kesadaran pribadi terhadap pendidikan masih tinggi. Ke depannya, Kelas Inspirasi ini diharapkan mampu mendorong kalangan profesional untuk berperan aktif dalam pendidikan melalui kegiatan serupa.

"Bagi Anda hanya satu hari cuti bekerja, namun bagi murid-murid itu bisa menjadi hari yang menginspirasi mereka seumur hidup. Berbagi cerita, pengetahuan, dan pengalaman untuk menjadi cita-cita dan mimpi mereka."


Selasa, 29 Januari 2013

Cerita Pengalaman Cecilia Asal Argentina saat Belajar Batik


My experience at batik´s classes

I decided to take batik because I think is one of the uniqueness representations of Indonesian art, at what visual arts concerns particularly. It condensates its history and as in ancient arts, is also used in everyday life. With that last sentence, I mean to say that in every moment at the history of art, it is used for a certain purpose: in the beginning with magic purposes, later to tell stories to the community and nowadays as merchandise.  But there was a moment that art was part of everyday life, empowering the routine and getting in between. That is one of the reasons why I wanted to take this subject. The other is that I thought that understanding batik, its process and meaning, I would get a wider understanding of Indonesian culture and people.
It consisted in 5 classes of 8 hours each.
1st day. Learning different techniques of how to make batik patterns. Make one personal motif of each in a paper and then use them in a fabric: combine them in a composition, drawing them in pencil.
2nd day. Draw the pattern with cantin and malam. (batik tulis)
3rd day. Finish the fabric made with cantin. Learn how to make motifs with stamps (batik cap).
4th day. Started with some theory about the different ways that I apply the wax and the different ways that I was going to apply the colour. One of the fabrics was dyed in one colour (culup) and one more was painted with brush (colet).
5th day. Apply the dyeing with sponge and brush.
One last day I went to pick everything up.









I enjoyed very much all the process. Learning how to make the patterns, to use the cantin and getting to see the inside of how batik is made. It´s completely different to read about it and knowing the process by own experience; controlling the temperature of the wax, how the colours expand in the fabric with the brush technique or the right way to make a pattern with stamps.   Thank you very much for the opportunity given this semester, I hope I can keep on learning about batik the rest of my year here.

Cecilia Petrovski

Rabu, 09 Januari 2013

Paket Donasi Program Dwaya Manikam "Start Empathy"

Sekali lagi kami membuat sebuah inovasi produk.  Apa produk yang ditawarkan kali ini? Kami membuat sebuah paket donasi, dimana dengan mengeluarkan sejumlah uang, selain Anda mendapatkan barang, antara lain: pocket batik, gantungan kunci batik / bros batik, dan kalung batik, Anda juga telah turut serta mendukung keberlangsungan program Dwaya Manikam "Start Empathy".  Dukung kami dan tunggu tanggalnya kami launching paket donasi ini yaaa :)




Jumputan Workshop Using Natural Dyes for Australian

Pada Hari Rabu, 09 Januari 2012 Fajar Ciptandi yang merupakan inisiator program Dwaya Manikam "Start Empathy" memberikan workshop membuat jumputan menggunakan pewarna alami berupa secang dan kunyit pada kain katun bagi orang-orang Australia yang sedang melakukan kunjungan wisata budaya ke kota Bandung, dan menyempatkan mampir ke kampus tempat Fajar mengajar yaitu Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Telkom.  Workshop berjalan dengan lancar, dan para peserta tampak sangat bersemangat melakukannya, merasa mendapatkan sebuah pengalaman yang mengesankan.  



INTRODUCTION

Kali ini Dwaya Manikam melalui program sosialnya "Start Empathy" kembali memperkenalkan variasi produk aksesorisnya berupa kalung batik dengan tema "LEGO".  Produk ini menjadi salah satu yang paling special karena ide modelnya benar-benar muncul dari kreatifitas para teman2s ibu.  Nantikan produknya, miliki salah satunya sebagai pelengkap Anda dalam berbusana sekaligus menjadi bagian untuk terus mendukung keberlanmgsungan program Dwaya Manikam "Start Empathy"





Keterampilan Baru Teman2s Ibu di Cicadas :D

Para teman2s ibu Program Dwaya Manikam "Start Empathy" sekali lagi menerima pembekalan keterampilan yang sangat bermanfaat.  Mereka dikenalkan dengan sebuah material benang rami yang rapuh dan tipis, kemudian diajarkan bagaimana cara  mengolah benang tersebut sehingga mampu menghasilkan sebuah bentuk baru yang lebih baik.  

Mereka diajarkan bagaimana menjalin benang dari yang awalnya hanya satu helai menjadi gabungan beberapa helai dengan beberapa teknik, antara lain: crochet, kepang, simpul, dan gintir. Selanjutnya mereka mengaplikasikan benang baru yang telah dihasilkan tersebut ke dalam sebuah simulasi produk menggunakan teknik simpul "knots" sederhana.  

Dari prototype yang telah dihasilkan terbayang masa depan yang lebih baik dari benang rami yang sebelumnya rapuh dan mudah putus tersebut menjadi sebuah produk aplikatif yang bernilai jual tinggi dan secara visual pun tampil lebih menarik.